
KUTA — Kesetaraan gender menjadi salah satu isu yang terus digaungkan dalam dunia olahraga. Hal itu juga yang dibahas dalam seminar olahraga internasional yang digelar UNOCT bersama Kemenpora RI di Discovery Kartika Plaza Hotel, Badung, Bali, Selasa (1/10/2024).
Dalam salah satu sesinya, mengusung tema “Mempromosikan Keberagaman, Kesetaraan Gender, dan Inklusi melalui Inisiatif Berbasis Olahraga. Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu diambil dalam mengatasi intoleransi, diskriminasi, dan ketidaksetaraan gender dalam praktik olahraga.
Dalam kesempatan ini, Dr. Jelang Ramadhan dari Universitas Indonesia bertindak sebagai moderator, memandu diskusi yang menyoroti tantangan dan peluang dalam menciptakan lingkungan olahraga yang lebih inklusif.
Seminar ini menjadi platform penting bagi para pemangku kepentingan untuk berbagi pengalaman dan strategi dalam memberdayakan perempuan dan kelompok rentan, sehingga dapat menciptakan dampak positif yang lebih luas bagi masyarakat.
Hasintya Sarawasti selaku Penasihat Khusus Menteri Pemuda dan Olahraga, memulai dengan menekankan pentingnya keragaman dan inklusivitas di Indonesia.
“Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang sangat beragam, dan melalui olahraga, kita dapat memperkuat rasa persatuan di antara atlet dari berbagai latar belakang,” kata Hasintya.
Ia juga menyoroti komitmen pemerintah dalam memberikan kesempatan yang setara bagi semua atlet, termasuk pembangunan pusat paralimpik sebagai bentuk apresiasi kepada atlet penyandang disabilitas.
Pendiri Leadership Lens, Ratu Bintang, menjelaskan bahwa program olahraga, seperti futsal, berperan dalam meningkatkan kehadiran perempuan di sekolah.
“Dengan memberikan ruang bagi perempuan, kita dapat membongkar persepsi bahwa perempuan itu lemah dan membantu mereka mempertahankan pendidikan, sehingga mengurangi risiko kehamilan dini,” kata Ratu Bintang.
Ia menegaskan pentingnya kerja sama untuk menciptakan dunia tanpa kekerasan melalui model-model kohesi sosial yang kuat.
Sara Holmgren, ahli keberlanjutan sosial dan lingkungan dari UEFA, membahas strategi yang diterapkan UEFA untuk mempromosikan kesetaraan dan inklusi dalam sepak bola Eropa.
“Kesetaraan, inklusi, dan anti-diskriminasi adalah hal penting bagi kami. Dengan sepak bola, kita dapat menunjukkan perubahan positif dalam lingkungan sosial dan menyoroti isu-isu hak asasi manusia,” ujar Holmgren.
Ia menekankan perlunya tindakan kolaboratif untuk menghindari nilai-nilai negatif yang dapat mengganggu inklusivitas.
Sesi ketiga seminar hari pertama ini menegaskan bahwa olahraga memiliki potensi besar dalam mempromosikan keberagaman, kesetaraan gender, dan inklusi. Melalui kolaborasi dan komitmen bersama, peserta diingatkan akan pentingnya menciptakan lingkungan olahraga yang mendukung semua individu, terutama perempuan dan kelompok rentan lainnya.
Upaya kolektif ini berkontribusi pada penciptaan masyarakat yang lebih inklusif dan adil, di mana setiap orang dapat berpartisipasi dan berkembang dalam dunia olahraga.***